Pablo Picasso
mengatakan bahwa “All children are born Artists”. Hal ini berarti
bahwa semua anak dilahirkan sebagai seniman. Seniman yang berarti orang yang memiliki
kreatifitas. Setiap anak sudah dilahirkan dengan kreatif. Mempunyai rasa ingin
tahu yang tinggi, tidak mengenal kata tidak mungkin dan tidak takut salah. Anak
adalah seniman cilik. Kita sebagai orang tua ataupun guru jangan terlalu
protektif terhadap anak dengan melarang anak-anak untuk melakukan sesuatu
sehingga “mematikan” kekreatifan anak yang sudah dimilikinya.
Selain
itu, sistem pendidikan yang ada pun memiliki peran sentral supaya kekreatifan
anak tidak “mati”. Jangan sampai ketika anak masuk sekolah sifat dasar kreatif
anak menjadi “mati” juga. Albert Einstein mengatakan “Education is
whatever remains after one has forgotten everything he learned in school”.
Sistem pendidikan yang dilakukan harus bisa mengembangkan kreatifitas yang
dimiliki anak. Anak harus terus diberi dorongan untuk mengembangkan
kreatifitasnya, anak-anak harus diberikan perhatian dengan penuh kasih sayang, kita
sebagai orang tua ataupun guru harus bisa menghargai keunikan setiap anak dan
berikanlah dunia untuk anak jelajahi (Contextual Learning).
Salah
satu novel yang berjudul Toto-Chan Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko
Kuroyanagi merupakan contoh novel yang menginspirasi tentang anak yang kreatif.
Novel ini merupakan kisah nyata dari Tetsuko pada saat ia kecil. Novel ini
bercerita tentang seorang anak yang bernama Toto-Chan yang tidak lain adalah
Tetsuko. Anak ini dianggap nakal oleh gurunya karena suka membuat kekacauan
dikelas seperti berdiri di depan jendela terus memanggil pemusik jalanan untuk
bernyanyi dan terus menerus membuka atau menutup mejanya untuk memasukan
sesuatu. Para guru disekolahnya pun sudah tak tahan lagi dengan tingkah laku
anak ini sehingga akhirnya anak ini dikeluarkan dari sekolahnya tersebut.
Padahal, sebenarnya anak ini hanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Tetapi
karena Toto-Chan memiliki Ibu yang menyayanginya dengan sepenuh hati dan
mengerti dengan keunikan yang dimilikinya. Maka Ibunya itu terus memberikan
dorongan kepada Toto-Chan untuk mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya. Ibu
Toto-Chan kemudian memasukan Toto-Chan ke sekolah bernama Tomoe Gakuen (berdiri
tahun 1937). Sekolah ini tidak seperti sekolah pada umumnya karena ruangannya
terbuat dari gerbong kereta api. Susasana pemandangannya pun pemandangan alam
sehingga para muridnya seolah-olah serasa bukan sekolah tetapi sedang melakukan
sebuah perjalanan yang menantang rasa ingin tahu mereka. Anak-anak bisa belajar
sambil menikmati pemandangan alam di luar gerbong. Anak-anak serasa sedang
menjelajahi dunianya.
Mata
pealajarnnya pun dikemas secara tak biasa. Yaitu setiap murid boleh memilih
mata pelajaran yang disukainya. Sehingga dengan hal ini anak-anak belajar
sesuai dengan minat dan bakatnya yang akan mengantarkan mereka kedalam
pembelajaran yang menyenangkan. Unik sekali sekolah ini.
Selain
disekolah ini Toto-Chan mendapatkan pengetahuan tentang berhitung, fisika dan
lain-lain, disekolah ini juga dia diajarkan nilai-nilai karakter yang harus
tertanam di dalam diri anak-anak seperti tumbuhnya rasa percaya diri,
menghargai orang lain dan hidup secara mandiri.
Sekolah Dasar
Tamoe ini sangat menarik sekali jika dibandingkan dengan Sekolah Dasar di
Indonesia pada umumnya yang terkesan membosankan karena tampilan kelas-kelasnya
monolog. Kelas-kelas yang monolog ini membuat siswa menjadi pasif sehingga
dapat “mematikan” kreatifitas yang dimilikinya. Sekolah Tamoe ini dirancang
secara unik untuk merangsang sifat kreatif yang dimiliki anak dengan ruangan
kelas yang terbuat dari gerbong kereta api dan juga dilengkapi dengan
pemandangan alam diluar gerbong sehingga anak-anak terkesan sedang melakukan
perjalanan yang sangat mengasyikan. Siswa menjadi sangat aktif.
Mr.
Kobayashi selaku kepala sekolah SD Tamoe
ini berkata kepada para guru “Agar tidak mencoba memaksa anak-anak tumbuh
sesuai bentuk kepribadian yang sudah digambarkan”. Anak-anak harus tumbuh
sesuai dengan keunikannya dan berikanlah dunia untuk dijelajahi olehnya. Mr.
Kobayashi mengatakan “Serahkan mereka kepada alam. Jangan patahkan ambisi
mereka, cita-cita mereka lebih tinggi daripada cita-cita kalian.”
Itulah
sebuah inspirasi dari novel yang berjudul Toto-Chan Gadis Cilik di
Jendela. Kita semua terutama sebagai pendidik harus memahami
bahwa sejatinya anak-anak itu sudah dilahirkan dengan kreatif. Kita jangan
sampai “mematikan” sifat kreatif yang dimiliki oleh anak. Kita harus bisa
mengembangkan sifat kreatif yang dimiliki oleh anak. Anak
adalah seniman cilik. Berikanlah dorongan terus kepada anak untuk mengembangkan
kreatifitasnya, anak-anak harus diberikan perhatian dengan penuh kasih sayang,
kita sebagai orang tua ataupun guru harus bisa menghargai keunikan setiap anak dan
berikanlah dunia untuk anak jelajahi (Contextual Learning).
Sumber :
PPT
(Power Point) Kreshna Aditya. Menumbuhkan Kreatifitas Anak Usia Dini.
0 comments:
Post a Comment