facebook

Monday 4 August 2014

GURU SEJAHTERA

Nasib guru di abad 21 sekarang sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan kesejahteraan guru. Pemerintah memberikan berbagai tunjangan-tunjangan seperti dengan adanya sertifikasi, TPP dan lain-lain. Lantas, apakah dengan adanya tunjangan-tunjangan tersebut bisa dipastikan kehidupan guru menjadi sejahtera?
Saya katakan“BELUM TENTU!!”. Banyak dilapangan membuktikan bahwa guru yang sudah memiliki gaji berlipat-lipat dengan tunjangan pun suka melakukan pinjaman kesana kemari apalagi kalau guru yang masih honorer, sudah berkeluarga dan punya anak. Mereka suka “kebakaran jenggot” mencari pinjaman untuk memenuhi kebutuhan keluarganya atau ada biaya yang mendadak yang harus dikeluarkan seperti anaknya sedang sakit dan lain-lain.  
Kenapa ini bisa terjadi? Guru masih saja mencari pinjaman padahal pemerintah sudah memberikan tunjangan-tunjangannya untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Jadi dalam kasus ini, apakah dapat dikatakan bahwa “tidak ada korelasi antara banyaknya tunjangan penghasilan guru dengan peningkatan kesejahteraan guru?”
Salah satu kunci untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera sebetulnya bukanlah di seberapa besar jumlah penghasilan kita, tapi bagaimana kita dapat mengelola penghasilan tersebut. Berapapun besarnya penghasilan kita, kalau kita tidak bisa mengelolanya dengan baik, maka kesejahteraan tidak akan bisa kita raih. Hal ini memberikankan isyarat bahwa seorang guru yang sudah memiliki gaji banyak dengan segala tunjangan-tunjangannya juga harus bisa terampil dalam mengelola penghasilannya supaya hidup dengan sejahtera. Ingat!! Kesejahteraan bukan dilihat dari banyaknya gaji tetapi dilihat dari kemampuan untuk mengelola gaji tersebut.
Terus bagaimana cara mengelola penghasilan tersebut? Ada beberapa alternatif yang bisa kita pilih untuk mengelola penghasilan kita terutama yang berprofesi sebagai guru yaitu kita bisa mendapatkan penghasilan tambahan seperti menjadi pengusaha, berinvestasi atau dengan properti (baca buku-buku karya Ippho Santosa).
Perlu diperhatikan juga bahwa jangan sampai “gara-gara” kita mencari penghasilan tambahan malah mengganggu kewajiban kita untuk mengajar. Wah, ini sangat bahaya sekali. Kita tidak boleh mengesampingkan kewajiban kita sebagai guru juga untuk mengajar. Yang penting, kita bisa “cerdas dalam mengelola waktu” sehingga kewajiban menjadi guru untuk mengajarpun tidak terganggu dengan kegiatan kita untuk memperoleh penghasilan tambahan. Contohnya, katakana saja kita mengelola penghasilan dengan menjadi pengusaha.  Di dalam buku yang ditulis oleh Robert T Kiyosaki yang berjudul Cashflow Quadran mengajarkan kepada kita untuk menjadi kaya dengan 4 kuadrannya yaitu salah satunya kuadran B (Biz Owner). Usaha di quadran B berarti kita menjadi pemilik usaha (bos) dan yang mengerjakan usaha kita adalah orang lain yaitu karyawan. Kuadran B ini akan menghasilkan Passive Income sehingga ketika kita berusaha dikuadran B ini maka profesi kita sebagai guru tidak akan terganggu karena usaha kita dikerjakan oleh tenaga orang lain yaitu karyawan. Kita bisa tetap menunaikan kewajiban kita mengajar di sekolah sedangkan usaha kita dikerjakan oleh tenaga orang lain.
Itulah mungkin cara yang bisa kita lakukan terutama yang berprofesi sebagai guru untuk memperoleh kesejahteraan hidup. Di dalam tulisan ini saya tak bermaksud memberikan inpirasi untuk menjadi guru yang materialistis tetapi saya hanya memberikan sedikit cara terkait dalam memperoleh kesejahteraan hidup terutama yang sekarang akan dan sedang berprofesi sebagai guru. Dari segi amal pun profesi guru adalah sebuah profesi yang kaya akan pahala. Guru selalu memberikan atau mengamalkan ilmu kepada anak didikanya. Bukankah itu adalah ladang amal juga bagi guru yang akan semakin membuat guru itu kaya, bukan hanya kaya dari segi finansial tetapi kaya dari segi amal juga. Ketika guru memberikan ilmunya kepada anak didiknya maka Allah akan menggantinya dengan 10 kali lipat kebaikan (baca QS. Al An’am: 160)  bahkan sampai 700 kali lipat kebaikan ( baca QS. Al Baqarah: 261).

            Semoga Menginspirasi!!

0 comments:

Post a Comment