Nasib guru di abad 21 sekarang sudah
mendapatkan perhatian dari pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan
kesejahteraan guru. Pemerintah memberikan berbagai tunjangan-tunjangan seperti
dengan adanya sertifikasi, TPP dan lain-lain. Lantas, apakah dengan adanya
tunjangan-tunjangan tersebut bisa dipastikan kehidupan guru menjadi sejahtera?
Saya katakan“BELUM TENTU!!”. Banyak dilapangan
membuktikan bahwa guru yang sudah memiliki gaji berlipat-lipat dengan tunjangan
pun suka melakukan pinjaman kesana kemari apalagi kalau guru yang masih honorer,
sudah berkeluarga dan punya anak. Mereka suka “kebakaran jenggot” mencari
pinjaman untuk memenuhi kebutuhan keluarganya atau ada biaya yang mendadak yang
harus dikeluarkan seperti anaknya sedang sakit dan lain-lain.
Kenapa ini bisa terjadi? Guru masih saja mencari
pinjaman padahal pemerintah sudah memberikan tunjangan-tunjangannya untuk
meningkatkan kesejahteraan guru. Jadi dalam kasus ini, apakah dapat dikatakan
bahwa “tidak ada korelasi antara banyaknya tunjangan penghasilan guru dengan
peningkatan kesejahteraan guru?”
Salah satu kunci untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera sebetulnya
bukanlah di seberapa besar jumlah penghasilan kita, tapi bagaimana kita dapat mengelola penghasilan
tersebut. Berapapun besarnya penghasilan kita,
kalau kita tidak bisa
mengelolanya dengan baik, maka kesejahteraan tidak akan bisa kita raih. Hal ini memberikankan isyarat bahwa seorang guru yang
sudah memiliki gaji banyak dengan segala tunjangan-tunjangannya juga harus bisa
terampil dalam mengelola penghasilannya supaya hidup dengan sejahtera. Ingat!!
Kesejahteraan bukan dilihat dari banyaknya gaji tetapi dilihat dari kemampuan
untuk mengelola gaji tersebut.
Terus bagaimana cara mengelola penghasilan tersebut? Ada
beberapa alternatif yang bisa kita pilih untuk mengelola penghasilan kita
terutama yang berprofesi sebagai guru yaitu kita bisa mendapatkan penghasilan
tambahan seperti menjadi pengusaha, berinvestasi atau dengan properti (baca
buku-buku karya Ippho Santosa).
Perlu diperhatikan juga bahwa jangan sampai “gara-gara”
kita mencari penghasilan tambahan malah mengganggu kewajiban kita untuk
mengajar. Wah, ini sangat bahaya sekali. Kita tidak boleh mengesampingkan
kewajiban kita sebagai guru juga untuk mengajar. Yang penting, kita bisa “cerdas
dalam mengelola waktu” sehingga kewajiban menjadi guru untuk mengajarpun tidak
terganggu dengan kegiatan kita untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Contohnya, katakana saja kita mengelola penghasilan dengan menjadi pengusaha. Di dalam buku yang ditulis oleh Robert
T Kiyosaki yang berjudul Cashflow
Quadran mengajarkan kepada kita untuk menjadi kaya
dengan 4 kuadrannya yaitu salah satunya kuadran
B (Biz
Owner). Usaha di quadran B berarti kita menjadi pemilik usaha (bos) dan
yang mengerjakan usaha kita adalah orang lain yaitu karyawan. Kuadran B ini akan menghasilkan Passive
Income sehingga ketika kita berusaha dikuadran B ini
maka profesi kita sebagai guru tidak akan terganggu karena usaha kita
dikerjakan oleh tenaga orang lain yaitu karyawan. Kita bisa tetap menunaikan kewajiban
kita mengajar di sekolah
sedangkan usaha kita
dikerjakan oleh tenaga orang lain.
Itulah mungkin cara yang bisa kita lakukan
terutama yang berprofesi sebagai guru untuk memperoleh kesejahteraan hidup. Di
dalam tulisan ini saya tak bermaksud memberikan inpirasi untuk menjadi guru
yang materialistis tetapi saya hanya memberikan sedikit cara terkait dalam
memperoleh kesejahteraan hidup terutama yang sekarang akan dan sedang
berprofesi sebagai guru. Dari segi amal pun profesi guru adalah sebuah profesi yang kaya akan pahala. Guru selalu memberikan atau mengamalkan ilmu kepada anak didikanya. Bukankah itu adalah ladang amal juga bagi
guru yang akan semakin membuat guru itu kaya, bukan hanya kaya dari segi
finansial tetapi kaya dari segi amal juga. Ketika guru memberikan ilmunya
kepada anak didiknya maka Allah akan menggantinya dengan 10 kali lipat kebaikan
(baca QS.
Al An’am: 160) bahkan sampai 700 kali lipat kebaikan
( baca QS. Al Baqarah: 261).
Semoga Menginspirasi!!
0 comments:
Post a Comment