facebook

Friday 22 May 2015

KURIKULUM.... OH.... KURIKULUM

 “Kurikulum!!”...Itulah sebuah kata yang memiliki arti yang sangat dalam karena digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di dalam sistem pendidikan tahun 2015 sekarang, ada dua kurikulum yang diberlakukan pemerintah yakni KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. (“Waaaaww!! Ada dualisme kurikulum. Seperti partai politik saja..hehehe”).
Kurikulum yang terbaru adalah Kurikulum 2013. Tetapi sekolah yang belum siap menggunakan Kurikulum 2013 dapat menggunakan kurikulum KTSP 2006. Hal ini disebabkan karena pemerataan pembangunan pendidikan yang belum merata di setiap daerah. Setiap kebijakan yang dipilih pemerintah pasti akan memberikan konsekuensi yang berbeda-beda di setiap daerah. Inilah uniknya negara kita, banyak dengan keberagaman perbedaan. Kita harus senantiasa mensyukuri perbedaan ini, bukan malah saling menyalahkan. Perbedaan adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 
Secara konsep, kedua kurikulum tersebut sudah mengakomodasi kebutuhan yang ada di setiap satuan pendidikan. Kurikulum tersebut memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada setiap satuan pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan potensi sekolahnya masing-masing. Potensinya itu bisa berupa potensi SDM, SDA, budaya dan historis. Berbeda dengan kurikulum KBK 2004 dan kurikulum tahun-tahun sebelumnya yang lebih bersifat sentralistis.
Tetapi walaupun otonomi kurikulum pendidikan sudah digulirkan, apakah sekolah sudah siap menghadapi kurikulum yang bersifat desentralistis tersebut? Kurikulum sudah dibuat sangat canggih, tetapi kenapa kualitas sekolah-sekolah masih jalan ditempat saja?
Guru sebagai pelaksana pembelajaran di kelas harus memiliki kompetensi yang baik dalam mengembangkan kurikulum. Meskipun kurikulum berganti-ganti tetapi guru tersebut tidak boleh apatis dan harus selalu siap menghadapi perubahan-perubahan yang ada. Hal ini sebagai konsekuensi dari kurikulum yang bersifat desentralistis dan posisi guru sebagai pelaksana pembelajaran. Jangan menjadi guru yang bermasalah karena secanggih apapun kurikulum, kalau gurunya bermasalah maka pendidikan pun bermasalah. Kalau pendidikan bermasalah maka bangsa Indonesia pun akan bermasalah.
Selain itu, perlu juga adanya kerjasama yang baik antara stakholder yang ada dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum yang ada. Hal ini perlu dilakukan supaya kurikulum yang disusun tersebut dapat berjalan dengan optimal karena mengakomodasi aspirasi dari berbagai pihak. Penyusunan dan pengembangan kurikulum bukan saja tanggung jawab guru.
Dengan adanya kurikulum yang bisa dikembangkan kembali oleh satuan pendidikan, maka ini adalah sebuah kesempatan yang diberikan oleh pemerintah untuk memunculkan keunggulan-keunggulan yang khas disetiap sekolah. Keunggulan-keunggulan yang ada disetiap sekolah itu berbeda-beda, ditambah lagi jumlah sekolah pun sekarang sudah banyak. Menurut data yang diambil dari Kemdikbud pertanggal 07/01/2012 jumlah total Sekolah Dasar (SD) saja sudah mencapai 148.361 sekolah. Apabila disetiap sekolah tersebut berhasil mengembangkan kurikulumnya dengan baik, maka negara kita akan kaya dengan perbedaan. Inilah yang disebut dengan anugerah dari perbedaan. Setelah kurikulum dikembangkan dengan baik, maka harus diimplementasikan juga dengan baik. Kalau berhenti di tataran konsep tanpa aplikasi maka ini yang disebut dengan “bencana”.

Intinya adalah meskipun kurikulum terus berganti tetapi kita tidak boleh apatis dalam menyikapi perubahan. Kita harus senantiasa siap dalam menghadapinya. Kurikulum yang bersifat desentralistis ini memberikan kesempatan kepada sekolah dalam memunculkan keunggulan-keunggulan yang ada di setiap sekolah. Ketika keunggulan-keunggulan tersebut diraih, maka kualitas sekolah pun akan meningkat sesuai dengan ciri khas nya masing-masing. Jangan hanya menyalahkan pemerintah yang “doyan” mengganti kurikulum, karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Semuanya tergantung dari cara kita sebagai pendidik dalam menyikapinya.  

0 comments:

Post a Comment