Sekolah yang “Cerdas Literasi”
adalah sebuah program khas yang harus dimiliki oleh SDN 014 Gunung Belah
Tarakan Kalimantan Utara. Program sekolah “Cerdas Literasi” ini merupakan
sebuah program yang dibuat oleh PT Trakindo Utama dan Makmal Pendidikan Dompet
Dhuafa.
Pardini, dkk (2012 : 26) mengatakan
bahwa “literasi adalah inti dari semua kompetensi yang harus diajarkan di
sekolah dasar. Literasi pada dasarnya difokuskan pada pengembangan keterampilan
membaca, menulis, menyimak, dan berkomunikasi”. Dengan hal tersebut maka
literasi itu sejalan dengan belajar bahasa Indonesia yaitu tentang keterampilan
membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Kemampuan literasi adalah kemampuan
dasar yang harus dikuasai oleh siswa terutama siswa SD. Ketika siswa kesulitan
dalam hal literasi maka siswa tersebut akan mengalami masalah dalam
perkembangannya dalam mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, kita sebagai
pendidik harus bisa mengaktualisasikan dan mengembangkan kemampuan literasi
siswa-siswanya.
Tulisan ini akan menceritakan
tentang permasalahan literasi yang ada
di SDN 014 Gunung Belah Tarakan Kalimantan Utara. Permasalahan literasi yang
pernah dialami adalah tentang kemampuan berbicara.
Ketika itu saya sedang melaksanakan pengayaan dengan
mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 014 Gunung Belah Tarakan
Kalimantan Utara. Ada hal yang tak biasa terjadi ketika pembelajaran bahasa
Indonesia yaitu tentang kemampuan berbicara. Ada siswa yang mengalami kesulitan
dalam kemampuan berbicara. Bahkan ketika diperintahkan kedepan pun ia tak
berani untuk tampil, ia tidak berani untuk beranjak dari tempat duduknya. Saya
pun tersadar bahwa ini adalah suatu masalah yang harus segera diselesaikan. Saya
harus bisa memunculkan potensi berbicara siswa yang memiliki kesulitan tersebut.
Awal-awal saya terus memotivasi anak tersebut supaya
berani untuk tampil di depan umum. Semua orang pasti bisa melakukan hal itu
termasuk siswa tersebut. Kita bisa mendekati siswa tersebut langsung datang ke
depan mejanya dan kemudian memberikannya motivasi dengan mengatakan kalimat
afirmasi positif seperti “Ayo kamu pasti bisa tampil di depan, karena kamu
adalah anak yang hebat”. Setelah itu kita bisa langsung merangkul anak tersebut
dari kursinya untuk tampil didepan. Siswa itu pun bisa saya taklukan untuk
tampil di depan.
Ketika siswa tersebut pun berani untuk tampil di
depan, maka kemampuan berbicaranya pun bisa kita aktualisasikan. Kita bisa
mengaktualisasikan kemampuan berbicara ini dengan bercerita. Ia harus terus
dibiasakan untuk bercerita.
Untuk lebih menarik perhatian siswa dalam
pembelajaran, maka siswa-siswa itu saya arahkan untuk bercerita tentang
pengalaman menarik ketika liburan. Saya mengambil tema ini karena waktu itu
bertepatan dengan momentum liburan. Menceritakan pengalaman sendiri ketika
liburan akan membuat siswa senang karena cerita tersebut benar-benar dialami
oleh siswa atau lebih bersifat kontekstual.
Dengan melakukan hal di atas, siswa yang memiliki
kesulitan tersebut mulai berani untuk berbicara didepan. Siswa tersebut merasa
percaya diri karena diberikan motivasi dan dibiasakan untuk berbicara di depan
dengan strategi bercerita. Strategi bercerita ini harus dilakukan secara
berulang-ulang supaya dapat menjadi kebiasaan. Kalau sudah menjadi kebiasaan
maka kemampuan berbicara siswa pun akan semakin terasah.
Itulah langkah-langkah yang pernah saya lakukan
untuk mengatasi kemampuan berbicara siswa dengan strategi bercerita. Kita bisa
mengembangkan kemampuan berbicara siswa dengan mengikutsertakannya pada
berbagai lomba yang berhubungan dengan bercerita atau kita juga bisa membentuk
kelas ekstrakulikuler khusus yaitu “Kelas bercerita”. Intinya bahwa siswa tersebut
harus terus dibina secara continue supaya
ia dapat menjadi orang-orang sukses yang siap untuk menghadapi masa depan.
Semoga tulisan ini dapat menginspirasi kita semua
sebagai pendidik. Sejatinya bahwa setiap anak itu memiliki potensi. Potensi
anak tersebut harus digali dan dikembangkan oleh para pendidiknya supaya dapat
teraktualisasikan dengan baik. Terimakasih
Sumber : Pardini, Agung dkk. (2012). Bangunlah Jiwanya Bangunlah Raganya Jilid 2.
Bogor: Dompet Dhuafa Makmal Pendidikan.
0 comments:
Post a Comment